Seni Kuntul: Detak Budaya yang Terus Hidup di Dusun Kembanglangit
Dusun Kembanglangit memiliki warisan budaya unik yang terus dijaga hingga kini, yaitu kesenian Kuntul. Seni ini menggabungkan unsur bela diri seperti karate dan silat, dipadukan dengan gerakan khas yang lincah dan energik. Kesenian Kuntul tak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana menjaga kesehatan sekaligus mempererat kebersamaan warga.
Kepala Dusun Kembanglangit sekaligus salah satu pelatih Kuntul, Bapak Cahyo, menjelaskan bahwa seni Kuntul telah ada sejak tahun 1970-an, dibawa oleh pelatih dari desa tetangga. “Dulu saya mulai ikut sejak usia 14 tahun, dan tampil di peringatan HUT RI sejak 1989,” ujarnya. Hingga kini, Kuntul menjadi bagian penting dari perayaan-perayaan desa, terutama setiap Hari Kemerdekaan.
Nama “Kuntul” diambil dari burung kuntul yang gerakannya lincah dan gesit, mencerminkan karakter gerakan tarian ini. Kelompok Kuntul Dusun Kembanglangit diberi nama “Seni Kuntul Mugi Langgeng” sebagai doa agar seni tersebut tetap lestari. “Kita sebagai generasi penerus wajib melestarikan kebudayaan ini,” tegas Bapak Cahyo.
Seiring berjalannya waktu, kostum Kuntul semakin mengalami perkembangan. Dari yang semula berupa kaos dan celana pendek, hingga akhirnya menyerupai pakaian karate, menyesuaikan dengan aliran seni bela diri yang menjadi dasarnya. Kegiatan pertunjukan diiringi oleh musik jidor atau bedug dan rebana, yang dimainkan oleh lima orang pengiring. Formasi gerakan biasanya dimainkan dengan minimal sejumlah enam orang. Dengan rentang usia biasanya berkisar antara 15–34 tahun.
Latihan Kuntul kini dilakukan menjelang acara tertentu, berbeda dengan masa lalu ketika latihan rutin digelar setiap malam minggu. Durasi pertunjukan umumnya sekitar satu jam, dengan setiap gerakan diulang tiga kali agar para pemain lebih menguasai.
Pelestarian seni Kuntul menjadi tantangan tersendiri bagi warga Dusun Kembanglangit. Minat generasi muda terhadap kesenian ini mulai berkurang karena kesibukan dan beragam pilihan hiburan modern. Meski begitu, Bapak Cahyo bersama pelatih lain tetap membuka latihan untuk warga yang berminat, tanpa memandang batasan usia. Harapannya, anak-anak muda dapat memiliki keinginan untuk belajar dan meneruskan warisan leluhur ini.
Dengan dukungan masyarakat, seni Kuntul diharapkan terus hidup di tengah perkembangan zaman, menjadi identitas budaya yang membanggakan Dusun Kembanglangit. Melestarikan seni ini bukan sekadar mempertahankan tradisi, tetapi juga memperkuat jati diri desa. Setiap langkah, irama, dan hentakan musik menjadi bukti bahwa budaya leluhur masih berdenyut di hati warga.